scm music player

Kamis, 31 Januari 2019

MAKALAH RUMAH ADAT JAWA ( JOGLO )

MAKALAH
RUMAH ADAT JAWA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pelajaran Bahasa Jawa




Disusun oleh :



NAMA : ANDI PANGESTU
KELAS : XI IPS 2



SMA NEGERI 1 JATIBARANG
Jl. Raya Karanglo Tegalwulung, Kec. Jatibarang, Kab. Brebes
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan  rahmat, taufik, hidayahnya, serta Inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas  yang diberikan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang, yakni addinul Islam. Semoga kita mendapat syafa’atnya min yaumil kiyamah. Amin.
Penyusun menyadari bahwa yang disajikan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan kepada semua pihak atas kritik dan saran dari kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas terselesainya tugas makalah ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua, Amin.




         Penyusun,



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ 1
DAFTAR ISI...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
    Latar Belakang................................................................................................ 3
    Rumusan Masalah........................................................................................... 4
    Tujuan.............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A.    Rumah adat jawa........................................................................................ 5
B.     Rumah adat joglo dan filosofisnya............................................................. 6

BAB III PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................................... 12
Saran................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
rumah-joglo-5968243b1a208006f32faa42.jpg
Di indonesia sangatlah banyak rumah-rumah yang didalamnya mempunyai artian tersendiri didalam daerahnya masing-masing, dengan kata lain rumah adat yang merupakan bangunan rumah yang mencirikan atau mempunyai kekhasan bangunan suatu daerah di indonesia dan melambangkan kebudayaan dan ciri khas masyarakat setempat. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya, beraneka ragam bahasa dan suku dari sabang sampai dengan merauke, sehingga indonesia memiliki banyak koleksi rumah-rumah adat yang indah dengan hiasan-hiasan ukiran pada jaman dahulu.
Hingga saat ini masih banyak suku dan daerah-daerah di indonesia yang masih mempertahankan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara nilai-nilai kebudayaan yang kian tergeser oleh budaya mordernisasi. Biasanya rumah adat tertentu dijadikan sebagai aula (tempat pertemuan), musium, atau dibiarkan begitu saja sebagai objek wisata. Karena bentuk dan aksitektur rumah-rumah adat daerah di indonesia, yang memiliki bentuk dan arsitektur yang berbeda-beda sesuai dengan nuansa adat setempat, misalnya rumah adat jawa yang sampai saat ini masih ada dan berdiri layaknya rumah adat jawa yang dikenal dengan nama rumah adat joglo, yang memiliki atap mengerucut, seperti pada umumnya sebuah hiasan ukiran-ukiran indah tradisional yang tampak paling indah, biasa dimiliki oleh para keluarga kerajaan atau ketua adat setempat dengan mengunakan kayu-kayu pilihan dan pengerjaannya dilakuhkan secara tradisional melibatkan tenaga ahli dibidangnya. Dan banyak rumah-rumah adat yang saat ini masih berdiri kokoh dan sengaja dipertahankan dan dilestarikan sebagai simbol akan budaya indonesia.

Rumusan Masalah
a.      Apa itu rumah adat jawa ?
b.      Rumah adat joglo dan filosofisnya ?


Tujuan Penulisan
a.      Untuk mengetahui sejarah rumah adat jawa
b.      Untuk mengetahui rumah adat joglo dan filosofisnya



BAB II
PEMBAHASAN
A. Rumah adat jawa
Budihardjo (1994:57) rumah adalah aktualisasi diri yang diejawantahkan dalam bentuk  kreativitas dan pemberian makna bagi kehidupan penghuninya. Selain itu rumah adalah cerminan diri, yang disebut Pedro Arrupe sebagai ”Status Conferring Function”, kesuksesan seseorang tercermin dari rumah dan lingkungan tempat huniannya. Dan Rumah Adat jawa merupakan lambang status dan menyimpan rahasia tentang kehidupan penghuninya dan rumah adat jawa pula sangat berkaitan dengan dunia batin yang tidak lepas dari kehidupan masyaarakatnya.[1]
Bangunan rumah adat jawa memiliki ciri khas khusus, digunakan untuk tempat hunian oleh suatu suku bangsa tertentu, dan merupakan salah satu representasi kebudayaan yang paling tinggi dalam sebuah komunitas suku/masyarakat. Keberadaan rumah adat jawa diIndonesia sangat beragam dan mempunyai arti yang penting dalam perspektif sejarah, warisan, dan kemajuan masyarakat dalam sebuah peradaban.
 Rumah-rumah adat jawa di Indonesia memiliki bentuk dan arsitektur masing-masing daerah sesuai dengan budaya adat lokal. Rumah adat jawa pada umumnya dihiasi ukiran-ukiran indah, pada jaman dulu.  rumah adat jawa yang tampak paling indah biasa dimiliki para keluarga kerajaan atau ketua adat setempat menggunakan kayu-kayu pilihan dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional melibatkan tenaga ahli dibidangnya, Seiring perkembangan zaman, maka terjadi pula perubahan kebutuhan bangunan manusia di zaman yang baru ini. Rumah adat jawa atau rumah tradisional pun banyak yang mengalami perubahan dan tidak sedikit rumah adat atau tradisional yang hampir punah. Kebutuhan manusia yang berubah menyebabkan terjadinya perubahan pada kebutuhan bangunan yang kurang sesuai dengan yang ada sebelumnya. Tidak jarang rumah tradisional atau rumah adat jawa yang ada mengalami perubahan dan tidak memperhatikan nilai filosofis yang seharusnya diperhatikan.

B. Rumah adat joglo dan filosofisnya

Rumah joglo merupakan bangunan arsitektur tradisional jawa. Dan rumah adat joglo juga dapat diartikan sebagai jenis rumah adat suku jawa yang terlihat sederhana dan digunakan sebagai lambang atau penanda status sosial serta nilai kebudayaan, yang didalamnya mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri serta fungsi yang berbeda.[2] rumah joglo mempunyai kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru. Susunan ruangan pada Joglo umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu ruangan pertemuan yang disebut pendhapa, ruang tengah atau ruang yang dipakai untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit disebut pringgitan, dan ruang belakang yang disebut dalem atau omah jero sebagai ruang keluarga. Dalam ruang ini terdapat tiga buah senthong (kamar) yaitu senthong kiri, tengah, dan kanan.
Terjadi penerapan prinsip hirarki dalam pola penataan ruangnya. Setiap ruangan memiliki perbedaan nilai, ruang bagian depan bersifat umum (publik) dan bagian belakang bersifat khusus (pribadi/privat). Uniknya, setiap ruangan dari bagian teras, pendopo sampai bagian belakang (pawon dan pekiwan) tidak hanya memiliki fungsi tetapi juga sarat dengan unsur filosofi hidup etnis Jawa. Unsur religi/kepercayaan terhadap dewa diwujudkan dengan ruang pemujaan terhadap Dewi Sri (Dewi kesuburan dan kebahagiaan rumah tangga) sesuai dengan mata pencaharian masyarakat Jawa (petani-agraris). Ruang tersebut disebut krobongan, yaitu kamar yang selalu kosong, namun lengkap dengan ranjang, kasur, bantal, dan guling dan bisa juga digunakan untuk malam pertama bagi pengantin baru.



Jadi dalam pemetaan ruang didalam  rumah adat Joglo, meliputi tiga pemetaan di dalam  ruang utama yaitu :
1.       Pendopo
pendopo.jpg
Pendopo letaknya di depan, dan tidak mempunyai dinding atau terbuka, hal ini berkaitan dengan filosofi orang Jawa yang selalu bersikap ramah, terbuka dan tidak  memilih dalam hal menerima tamu. Pada umumnya pendopo tidak di beri meja ataupun kursi, hanya diberi tikar apabila ada tamu yang datang, sehingga antara tamu dan yang punya rumah mempunyai kesetaraan dan juga dalam hal pembicaraan atau ngobrol terasa akrab rukun (rukun agawe santosa).

2.       Pringgitan,
Pringgitan,.jpg
Pringgitan memiliki makna konseptual yaitu tempat untuk memperlihatkan diri sebagai simbolisasi dari pemilik rumah bahwa dirinya hanya merupakan bayang-bayang atau wayang dari Dewi Sri (dewi padi) yang merupakan sumber segala kehidupan, kesuburan, dan kebahagiaan. Menurut Rahmanu Widayat, pringgitan adalah ruang antara pendhapa dan dalem sebagai tempat untuk pertunjukan wayang (ringgit), yaitu pertunjukan yang berhubungan dengan upacara ruwatan untuk anak sukerta (anak yang menjadi mangsa Bathara Kala, dewa raksasa yang maha hebat).

3.       Dhalem.
omah-ndalem-rumah-joglo.jpg

Dalem atau ruang utama dari rumah joglo ini merupakan ruang pribadi pemilik rumah. Dalam ruang utama dalem ini ada beberapa bagian yaitu ruang keluarga dan beberapa kamar atau yang disebut senthong. Pada masa dulu, kamar atau senthong hanya dibuat tiga kamar saja, dan peruntukkan kamar inipun otomatis hanya menjadi tiga yaitu kamar pertama untuk tidur atau istirahat laki-laki kamar kedua kosong namun tetap diisi tempat tidur atau amben lengkap dengan perlengkapan tidur, dan yang ketiga diperuntukkan tempat tidur atau istirahat kaum perempuan. Kamar yang kedua atau yang tengah biasa disebut dengan krobongan yaitu tempat untuk menyimpan pusaka dan tempat pemujaan terhadap Dewi Sri. Senthong tengah atau krobongan merupakan tempat paling suci/privat bagi penghuninya. Di dalam dalem atau krobongan disimpan harta pusaka yang bermakna gaib serta padi hasil panen pertama, DewiSri juga dianggap sebagai pemilik dan nyonya rumah yang sebenarnya. Di dalam krobongan terdapat ranjang, kasur, bantal, dan guling, adalah kamar malam pertama bagi para pengantin baru, hal ini dimaknai sebagai peristiwa kosmis penyatuan Dewa Kamajaya dengan Dewi Kama Ratih yakni dewa-dewi cinta asmara perkawinanDi dalam rumah tradisi Jawa bangsawan Yogyakarta, senthong tengah atau krobongan berisi bermacam-macam benda-benda lambang (perlengkapan) yang mempunyai kesatuan arti yang sakral (suci).Macam-macam benda lambang itu berbeda dengan benda-benda lambang petani. Namun keduanya mempunyai arti lambang kesuburan, kebahagiaan rumah tangga yang perwujudannya adalah Dewi Sri
4.       Krobongan

Bangsal Witana dengan Krobongan Bale Manguneng
Kepercayaan masyarakat Jawa terhadap Dewi Sri tidak lepas dari kehidupan mereka yang agraris. Dewi Sri merupakan dewi kesuburan yang berperan penting dalam menentukan kesejahteraan masyarakat agraris (para petani). Agar dalam berusaha lancar maka perlu menyediakan tempat yang khusus di rumahnya untuk menghormati Sang Tani.
Y.B. Mangunwijaya (1992 : 108) menjelaskan yang dimaksud dengan Sang Tani adalah bukan manusia si petani pemilik rumah, melainkan para dewata, atau tegasnya Dewi Sri.
Di dalam dalem atau krobongan disimpan harta pusaka yang bermakna gaib serta padi hasil panen pertama, Dewi Sri juga dianggap sebagai pemilik dan nyonya rumah yang sebenarnya.
Di dalam krobongan terdapat ranjang, kasur, bantal, dan guling, adalah kamar malam pertama bagi para pengantin baru, hal ini dimaknai sebagai peristiwa kosmis penyatuan Dewa Kamajaya dengan Dewi Kama Ratih yakni dewa-dewi cinta asmara perkawinan(Mangunwijaya, 1992: 108).
Di dalam rumah tradisional Jawa bangsawan Yogyakarta, senthong tengah atau krobongan berisi bermacam-macam benda-benda lambang (perlengkapan) yang mempunyai kesatuan arti yang sakral (suci).
Macam-macam benda lambang itu berbeda dengan benda-benda lambang petani. Namun keduanya mempunyai arti lambang kesuburan, kebahagiaan rumah tangga yang perwujudan-nya adalah Dewi Sri (Wibowo dkk., 1987 : 63).

Bangsal Witana dengan Krobongan Bale Manguneng

5.       Gandhok dan Pawon
gandhok.jpg
Ruangan di bagian belakang dinamakan gandhok yang memanjang di sebelah kiri dan kanan pringgitan dan dalem. Juga terdapat pawon yang berfungsi sebagai dapur dan pekiwan sebagai wc/toilet. Ruangan-ruangan tersebut terpisah dari ruangan-ruangan utama, apalagi dari ruangan yang bersifat sakral/suci bagi penghuninya.
Pola organisasi ruang dalam rumah tradisional Jawa dibuat berdasarkan tingkatan atau nilai masing-masing ruang yang ter-urut mulai dari area publik menuju area private atau sakral. Pembagian ruang simetris dan menganut pola closed ended plan yaitu simetris keseimbangan yang berhenti dalam suatu ruang, yaitu senthong tengah (Indrani, 2005: 11).
Dewi Sri dalam Krobongan Rumah Tradisional Jawa
Dewi Sri sangat akrab dengan masyarakat agraris Jawa. Bagi mereka, Dewi Sri merupakan icon sekaligus tokoh penting yang sangat berperan dalam menentukan hasil panen-nya nanti. Maka tidak aneh apabila di rumah pribadi mereka, terdapat tempat khusus yang digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap Dewi Sri. Selain itu, Dewi Sri juga dikenal sebagai lambang kesuburan dan kesejahteraan rumah tangga.
Dewi Sri dalam buku Sejarah Wayang Purwa (Hardjowirogo, 1982 : 72) dijelaskan Dewi Sri adalah putri Prabu Srimahapunggung dari negara Medangkamulan. Dewi Sri bersaudara laki-laki yang bernama Raden Sadana.
Penggambaran Dewi Sri dalam Wayang Purwa
Dewi Sri meninggalkan Medangkamulan untuk menyusul saudaranya yang menolak untuk dikawinkan. Ia mendapat berbagai cobaan dalam perjalanannya. Seorang raksasa terus menggodanya.
Setelah itu ia dikutuk menjadi ular sawah oleh ayahnya namun kemudian ia berhasil kembali menjadi Dewi Sri seperti semula. Selama perjalanan, Dewi Sri banyak mendapat pengalaman yang berhubungan dengan pertanian.
Menurut Lombard (1996: 82), walaupun mitos Dewi Sri berasal dari India namun di beberapa pulau di Nusantara yang tidak tersentuh pengaruh India pun mengenal sosok Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan.
Ceritanya pun hampir sama, yaitu Dewi Sri yang dikorbankan lalu dari seluruh bagian tubuhnya tumbuh berbagai tanaman budidaya yang utama seperti padi. Mitos tersebut sangat kental dengan pengaruh Hindu.
Hal ini bisa saja terjadi akibat adanya asimilasi antara Kepercayaan Asli dan Hindu. Hasilnya muncul seorang tokoh simbolik kaum petani Jawa, yang melindungi tanaman padinya terhadap gangguan-gangguan hama tanaman padi, yang dianggap berasal dari para lelembut atau jin mrekayangan (Widayat, 2004: 10).
Berbagai cerita padi muncul di Jawa sebelum datangnya pengaruh Hindu dan ada kemungkinan cerita tersebut setelah datangnya paham Hindu diubah dan disesuaikan dengan ajaran Hindu.
Penghormatan terhadap Dewi Sri juga dilakukan dalam upacara-upacara adat. Salah satunya adalah upacara bersih desa. Dalam upacara tersebut digelar pertunjukan wayang kulit dengan lakon berjudul Srimantun yang menggambarkan reinkarnasi Dewi Sri sebagai Dewi Kemakmuran dan anugerah dari dewata terhadap negara agar menjadi negara yang makmur dan sejahtera serta tidak kekurangan apapun.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Rumah Adat jawa merupakan lambang status dan menyimpan rahasia tentang kehidupan penghuninya dan rumah adat jawa pula sangat berkaitan dengan dunia batin yang tidak lepas dari kehidupan masyaarakatnya. Layaknya rumah adat jawa joglo yang mempunyai filosofis tertentu didalam rumah adat tersebut serta jenis rumah adat suku jawa yang terlihat sederhana dan digunakan sebagai lambang atau penanda status sosial serta nilai kebudayaan, yang didalamnya mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri serta fungsi yang berbeda.


Saran

Penulis memberikan saran sebagai berikut: Untuk para pembaca : marilah kita menciptakan inovasi-inovasi baru yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain, dan juga kembangkanlah makalah ini agar dapat menjadi kesempurnaan


DAFTAR PUSTAKA
·         S.Pandanaran, singgih. 2012. Misteri bumi jawa, yogyakarta; In Azna Books.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU ADAT PRAMUKA Ambalan Raden Patah - Cut Nyak Dien

A MBALAN RADEN PATAH - CUT NYAK DIEN GUDEP 07.167 – 07.168                                 ...